Ada sebuah kisah tentang bukti kejujuran dalam diri Nabi Muhammad  ï·º


Bagaimana kisah tentang bukti kejujuran Nabi Muhammad Saw. tersebut?

Ketika Nabi Muhammad ï·º hendak memulai dakwah secara terbuka dan terang-terangan, langkah pertama yang dilakukan, Rasulullah ï·º berdiri di atas bukit, kemudian memanggil-manggil kaum Quraisy untuk berkumpul.


“Wahai kaum Quraisy, kemarilah kalian semua. Aku akan memberikan sebuah berita kepada kalian semua!”

Mendengar panggilan lantang dari Rasulullah ï·º berduyun-duyunlah kaum Quraisy berdatangan, berkumpul untuk mendengarkan berita dari manusia jujur penuh pujian.

Setelah masyarakat berkumpul dalam jumlah besar, beliau tersenyum kemudian bersabda, “Saudara-saudaraku, jika aku memberi kabar kepadamu, jika di balik bukit ini ada musuh yang sudah siaga hendak menyerang kalian, apakah kalian semua percaya?”

Tanpa ragu semuanya menjawab mantap, “Percaya!”

Kemudian, Rasulullah ï·º kembali bertanya, “Mengapa kalian langsung percaya tanpa membuktikannya terlebih dahulu?”

Tanpa ragu-ragu orang yang hadir di sana kembali menjawab mantap, “Engkau sekalipun tidak pernah berbohong, wahai al-Amin. Engkau adalah manusia yang paling jujur yang kami kenal.”

Di antara faktor yang menyebabkan Nabi Muhammad ï·º berhasil dalam membangun masyarakat Islam adalah karena sifat-sifat dan akhlaknya yang sangat terpuji.

Salah satu sifatnya yang menonjol adalah kejujurannya sejak masa kecil sampai akhir hayatnya, sehingga ia mendapat gelar al-Amin (orang yang dapat dipercaya atau jujur).

Kejujuran akan mengantarkan seseorang mendapatkan cinta kasih dan keridaan Allah. Kebohongan adalah kejahatan tiada tara, yang merupakan faktor terkuat yang mendorong seseorang berbuat kemunkaran dan menjerumuskannya ke jurang neraka.

Kejujuran sebagai sumber keberhasilan, kebahagian, serta ketenteraman, harus dimiliki oleh setiap muslim. Bahkan, seorang muslim wajib pula menanamkan nilai kejujuran tersebut kepada anak-anaknya sejak dini hingga pada akhirnya mereka menjadi generasi yang meraih sukses dalam mengarungi kehidupan.

Kebohongan adalah muara dari segala keburukan dan sumber dari segala kecaman akibat yang ditimbulkannya adalah kejelekan, dan hasil akhirnya adalah kekejian.

Akibat yang ditimbulkan oleh kebohongan adalan namimah (mengadu domba), sedangkan namimah dapat melahirkan kebencian. Demikian pula kebencian adalah awal dari permusuhan.

Dalam permusuhan tidak ada keamanan dan kedamaian. Dapat dikatakan bahawa, “orang yang sedikit kejujurannya niscaya akan sedikit temannya.”